Senin, 08 April 2013

Dua Golongan Ahli Neraka



Dari Abu Hurairah ra, berkata; Rasulullah saw bersabda; Dua golongan manusia dari ahli neraka yang belum aku lihat saat ini, yaitu (pertama) kaum yang membawa cemeti-cemeti seperti ekor sapi, mereka memukul manusia dengannya. Dan kedua, wanita-wanita yang berpakaian tetapi telanjang mengajarkan penyelewengan dan menyeleweng dari ajaran Islam, kepala mereka seperti punuk onta yang condong. Mereka tidak akan masuk sorga bahkan tidak akan mendapatkan baunya, dan sungguh baunya sorga akan bisa didapatkan dari jarak sekian dan sekian (Muslim dan Ahmad)


Penjelasan
Masa akhir dari ummat ini memang tidak sebaik awalnya, sebagaimana telah disabdakan oleh Rasulullah saw, bahwa sebaik-baik generasi adalah generasi setelahnya, kemudian setelahnya. Sampai ke generasi ummat di abad 21 Masehi ini apakah kualitas ummat harus terus mengalami penurunan? Wallahu a’lam, Hanya Allah lah yang Maha Tahu. Yang pasti, Rasulullah saw telah menyebutkan akan adanya dua kelompok ahli neraka yang belum muncul di masa beliau masih hidup. Setidaknya hadis ini pun menunjukkan bahwa generasi setelah Rasulullah saw mengalami penurunan.
Dan saat ini ciri-ciri ahli neraka sebaimana disebutkan di dalam hadis ini begitu banyak bertebaran di sekitar kita.
Kelompok pertama; adalah orang-orang yang membawa cemeti seperti ekor sapi yang digunakan untuk mencambuk sembarang orang. Jaman dahulu ada orang yang bertugas membawa cambuk, digunakan untuk mencambuk orang-orang yang melakukan tindak pelanggaran. Tetapi saat ini telah muncul orang-orang yang membawa pentungan, atau cambuk dan digunakan secara sembarangan.
Kedua; wanita-wanita yang berpakaian tetapi telanjang. Para ulama berbeda pendapat tentang makna kata ini. Sebagian berpendapat kasiyat ditafsirkan dengan berpakaian kenikmatan, dan ‘ariyat diartikan telanjang dari rasa syukur. Artinya mereka mendapatkan nikmat, dan selalu bergelimang dengan kenikmatan tetapi tidak pernah bersyukur. Tetapi ada juga ulama’ yang berpendapat wanita yang mengenakan pakaian tetapi hakekat tujuan mengenakan pakaian tidak terpenuhi. Allah menurunkan pakaian kepada manusia untuk menutup auratnya dan menjadi perhiasan. Firman-Nya

Wahai Bani Adam, sesungguhnya Kami telah menurunkan kepada kalian pakaian untuk menutupi auratmu dan untuk perhiasan. Dan pakaian taqwa itulah yang paling baik” (Al-A’raf:26)
Saat ini sangat banyak wanita yang secara kenyataan berpakaian, tetapi masih ada bagian-bagian auratnya yang kelihatan. Ada kalanya pakaiannya begitu ketat sehingga lekuk-lekuk tubuhnya masih jelas terlihat sehingga masih menggoda lawan jenis yang memandangnya. Ada lagi yang berpakaian tetapi sebagian anggota tubuhnya sengaja dibiarkan terbuka, bukan sekedar rambut atau betis, tetapi perut pun ada yang sengaja di buka. Bagi yang masih malu membuka bagian perut para perancang mode memberikan alternatif dengan membuka bagian punggung. Ada juga yang sudah menutup seluruh tubuh tetapi karena tipisnya, warna kulit masih terlihat. Cara berpakaian seperti itu bukanlah berpakaian dengan tujuan untuk menutup aurat, bahkan mungkin berpakaian sebagai hiasan untuk lebih membuat penasaran lawan jenisnya.
Selain sebagai penutup aurat pakaian juga berfungsi untuk hiasan, hal ini harus difahami dalam konteks kepatutan dan masalah kepatutan kembalinya kepada ‘urf (kebiasaan) yang berlaku di suatu daerah.
Hadis ini dalam riwayat Muslim didahulukan kata mumilat daripada ma-ilat, tetapi ada pula riwayat lain yang lebih mendahulukan ma-ilat baru mumilat. Sebagian ulama’ mengartikan Ma-ilat dengan berjalan sambil menggoyang-goyangkan tubuh secara berlebihan, dan mumilat berarti membuat orang lain berjalan seperti itu. Tetapi ada yang berpendapat bahwa kata ma-ilat berarti menyimpang dari ketaatan kepada Allah. Arti yang kedua ini lebih umum, bukan hanya dalam berjalan saja tetapi mencakup seluruh tingkah laku perempuan yang menyimpang dari agama Allah. Dengan makna yang kedua maka mumilat berarti membuat atau mengajak orang lain menyimpang dari ajaran Islam. Kenyataannya, dengan mengatasnamakan kemodernan dewasa ini telah banyak bermunculan lembaga-lembaga yang merusak moral kaum hawa, baik itu model, artis, penyanyi atau apalah namanya. Memang tidak semua terjerumus ke dalam dunia pelacuran terselubung, tetapi setidaknya gaya hidup glamour itu sendiri telah menyimpang dari jiwa Islam. Dan ini sudah sukses. Kesuksesan mereka dapat dilihat dari kecenderungan remaja masa kini, mereka amat senang dengan pakaian dan gaya glamour itu. Padahal di sisi lain Islam mengajarkan kesederhanaan, meskipun kesederhanaan bukan berarti kemiskinan.
Kepala mereka seperti punuk onta yang condong. Al-Manawi memahami kalimat ini sebagai suatu kiasan dari sikap para wanita ketika masa hidupnya yang senang memakai kerudung dan sorban sehingga membuat kepala mereka tampak besar dan menyerupai punuk onta. Ketika itu kepala bersorban menunjukkan kehormatan. Jadi meskipun para wanita itu menyimpang dari ajaran Allah swt dan menjadi juru penyesat, mereka masih bergaya sedemikian rupa sehingga tampak sebagai wanita terhormat. Tepat sekali, di masa kini pun banyak pelacur-pelacur yang menyembunyikan identitasnya sebagai seorang wiraswastawati, mahasiswi, artis, model, pegawai salon, dan lain-lain. Sesungguhnya mereka menyimpang dari agama, mereka pun mengajak melakukan kemaksiatan, tetapi mereka berkedok dengan suatu karier yang cukup terhormat.
Rasulullah saw. mengancam kedua kelompok manusia itu tak akan mendapatkan bau sorga, meskipun harumnya sorga dapat dirasakan dari jarak sekian dan sekian. Jarak ini di dalam hadis yang lain disebutkan sejauh perjalanan 500 tahun. Apabila dalam satu jam perjalanan kaki pada umumnya dapat menempuh jarak 4 - 5 km, maka perjalanan selama 500 tahun tentu jarak yang amat jauh. Terleas dari angka-angka yang menunjukkan jarak, ancaman Rasulullah saw ini menunjukkan bahwa mereka sangat jauh dari sorga sampai baunya sekalipun tak bisa ikut merasakan.

0 komentar:

Posting Komentar