Dari
Abu Hurairah ra, berkata; Rasulullah saw bersabda; Dua golongan manusia dari ahli neraka yang belum aku lihat saat ini,
yaitu (pertama) kaum yang membawa cemeti-cemeti seperti ekor sapi, mereka
memukul manusia dengannya. Dan kedua, wanita-wanita yang berpakaian tetapi
telanjang mengajarkan penyelewengan dan menyeleweng dari ajaran Islam, kepala
mereka seperti punuk onta yang condong. Mereka tidak akan masuk sorga bahkan
tidak akan mendapatkan baunya, dan sungguh baunya sorga akan bisa didapatkan
dari jarak sekian dan sekian (Muslim dan Ahmad)
Penjelasan
Masa akhir dari ummat ini memang tidak sebaik awalnya, sebagaimana telah disabdakan oleh Rasulullah saw, bahwa sebaik-baik generasi adalah generasi setelahnya, kemudian setelahnya. Sampai ke generasi ummat di abad 21 Masehi ini apakah kualitas ummat harus terus mengalami penurunan? Wallahu a’lam, Hanya Allah lah yang Maha Tahu. Yang pasti, Rasulullah saw telah menyebutkan akan adanya dua kelompok ahli neraka yang belum muncul di masa beliau masih hidup. Setidaknya hadis ini pun menunjukkan bahwa generasi setelah Rasulullah saw mengalami penurunan.
Masa akhir dari ummat ini memang tidak sebaik awalnya, sebagaimana telah disabdakan oleh Rasulullah saw, bahwa sebaik-baik generasi adalah generasi setelahnya, kemudian setelahnya. Sampai ke generasi ummat di abad 21 Masehi ini apakah kualitas ummat harus terus mengalami penurunan? Wallahu a’lam, Hanya Allah lah yang Maha Tahu. Yang pasti, Rasulullah saw telah menyebutkan akan adanya dua kelompok ahli neraka yang belum muncul di masa beliau masih hidup. Setidaknya hadis ini pun menunjukkan bahwa generasi setelah Rasulullah saw mengalami penurunan.
Dan
saat ini ciri-ciri ahli neraka sebaimana disebutkan di dalam hadis ini begitu
banyak bertebaran di sekitar kita.
Kelompok
pertama; adalah orang-orang yang membawa cemeti seperti ekor sapi yang
digunakan untuk mencambuk sembarang orang. Jaman dahulu ada orang yang bertugas
membawa cambuk, digunakan untuk mencambuk orang-orang yang melakukan tindak
pelanggaran. Tetapi saat ini telah muncul orang-orang yang membawa pentungan,
atau cambuk dan digunakan secara sembarangan.
Kedua;
wanita-wanita yang berpakaian tetapi telanjang. Para
ulama berbeda pendapat tentang makna kata ini. Sebagian berpendapat kasiyat
ditafsirkan dengan berpakaian kenikmatan, dan ‘ariyat diartikan telanjang dari
rasa syukur. Artinya mereka mendapatkan nikmat, dan selalu bergelimang dengan
kenikmatan tetapi tidak pernah bersyukur. Tetapi ada juga ulama’ yang
berpendapat wanita yang mengenakan pakaian tetapi hakekat tujuan mengenakan
pakaian tidak terpenuhi. Allah menurunkan pakaian kepada manusia untuk menutup
auratnya dan menjadi perhiasan. Firman-Nya
“Wahai Bani
Adam, sesungguhnya Kami telah menurunkan kepada kalian pakaian untuk menutupi
auratmu dan untuk perhiasan. Dan pakaian taqwa itulah yang paling baik”
(Al-A’raf:26)
Saat
ini sangat banyak wanita yang secara kenyataan berpakaian, tetapi masih ada
bagian-bagian auratnya yang kelihatan. Ada
kalanya pakaiannya begitu ketat sehingga lekuk-lekuk tubuhnya masih jelas
terlihat sehingga masih menggoda lawan jenis yang memandangnya. Ada lagi yang berpakaian
tetapi sebagian anggota tubuhnya sengaja dibiarkan terbuka, bukan sekedar
rambut atau betis, tetapi perut pun ada yang sengaja di buka. Bagi yang masih
malu membuka bagian perut para perancang mode memberikan alternatif dengan
membuka bagian punggung. Ada
juga yang sudah menutup seluruh tubuh tetapi karena tipisnya, warna kulit masih
terlihat. Cara berpakaian seperti itu bukanlah berpakaian dengan tujuan untuk
menutup aurat, bahkan mungkin berpakaian sebagai hiasan untuk lebih membuat
penasaran lawan jenisnya.
Selain
sebagai penutup aurat pakaian juga berfungsi untuk hiasan, hal ini harus
difahami dalam konteks kepatutan dan masalah kepatutan kembalinya kepada ‘urf
(kebiasaan) yang berlaku di suatu daerah.
Hadis
ini dalam riwayat Muslim didahulukan kata mumilat daripada ma-ilat, tetapi ada
pula riwayat lain yang lebih mendahulukan ma-ilat baru mumilat. Sebagian ulama’
mengartikan Ma-ilat dengan berjalan sambil menggoyang-goyangkan tubuh secara
berlebihan, dan mumilat berarti membuat orang lain berjalan seperti itu. Tetapi
ada yang berpendapat bahwa kata ma-ilat berarti menyimpang dari ketaatan kepada
Allah. Arti yang kedua ini lebih umum, bukan hanya dalam berjalan saja tetapi
mencakup seluruh tingkah laku perempuan yang menyimpang dari agama Allah.
Dengan makna yang kedua maka mumilat berarti membuat atau mengajak orang lain
menyimpang dari ajaran Islam. Kenyataannya, dengan mengatasnamakan kemodernan
dewasa ini telah banyak bermunculan lembaga-lembaga yang merusak moral kaum
hawa, baik itu model, artis, penyanyi atau apalah namanya. Memang tidak semua
terjerumus ke dalam dunia pelacuran terselubung, tetapi setidaknya gaya hidup glamour itu
sendiri telah menyimpang dari jiwa Islam. Dan ini sudah sukses. Kesuksesan
mereka dapat dilihat dari kecenderungan remaja masa kini, mereka amat senang
dengan pakaian dan gaya
glamour itu. Padahal di sisi lain Islam mengajarkan kesederhanaan, meskipun
kesederhanaan bukan berarti kemiskinan.
Kepala
mereka seperti punuk onta yang condong. Al-Manawi memahami kalimat ini sebagai
suatu kiasan dari sikap para wanita ketika masa hidupnya yang senang memakai
kerudung dan sorban sehingga membuat kepala mereka tampak besar dan menyerupai
punuk onta. Ketika itu kepala bersorban menunjukkan kehormatan. Jadi meskipun
para wanita itu menyimpang dari ajaran Allah swt dan menjadi juru penyesat,
mereka masih bergaya sedemikian rupa sehingga tampak sebagai wanita terhormat.
Tepat sekali, di masa kini pun banyak pelacur-pelacur yang menyembunyikan
identitasnya sebagai seorang wiraswastawati, mahasiswi, artis, model, pegawai
salon, dan lain-lain. Sesungguhnya mereka menyimpang dari agama, mereka pun
mengajak melakukan kemaksiatan, tetapi mereka berkedok dengan suatu karier yang
cukup terhormat.
Rasulullah
saw. mengancam kedua kelompok manusia itu tak akan mendapatkan bau sorga,
meskipun harumnya sorga dapat dirasakan dari jarak sekian dan sekian. Jarak ini
di dalam hadis yang lain disebutkan sejauh perjalanan 500 tahun. Apabila dalam
satu jam perjalanan kaki pada umumnya dapat menempuh jarak 4 - 5 km, maka
perjalanan selama 500 tahun tentu jarak yang amat jauh. Terleas dari
angka-angka yang menunjukkan jarak, ancaman Rasulullah saw ini menunjukkan
bahwa mereka sangat jauh dari sorga sampai baunya sekalipun tak bisa ikut
merasakan.
0 komentar:
Posting Komentar